Ya, ini adalah motto Darularafah, sebuah Pesantren yang terletak jauh di desa lau bakeri, Deli serdang.
Rajawali adalah angkutan khas ke Pesantren tersebut, masih ingat kan....
Berani Hidup Tak Takut Mati, Takut Hidup Lebih Baik Mati Saja....
Kita semua pasti tak asing lagi dengan lagu tersebut... ya, itu adalah kutipan dari Mars Darularafah...
Mie Gembel??? Siapa sih yg g' kenal......
Mungkin itu adalah sedikit dari banyak hal yang mengingatkan kita kembali kepada Darularafah....
Catatan Yang Tertinggal
Pendiri Pondok Pesantren Darul arafah adalah Bapak H. Amrullah Naga Lubis, yang pada saat itu sering mengunjungi anaknya yang sedang belajar di Pondok Modern Gontor, saat itulah muncul ide beliau untuk medirikan pesantren di tanah Sumatra ini, sebelumnya beliau sempat berinteraksi dengan pimpinan Gontor K. H Imam Zarkasyi, dalam dialog singkat tersebut diketahui bahwa santri yang belajar dari Sumatra utara hanya 200 orang saja. Secara factual jumlah ini terlalu kecil bila dibandingkan dengan jumlah siswa didik di sumatra utara yang beragama Islam.
Hal inilah yang mengganjal di hati Bapak H. Naga Lubis adalah pernyataan K.H Imam Zarkasyi bahwa dahulu putra jawalah yang datang ke Sumatra untuk belajar, namun sebalikya saat ini putra Sumatra lah yang datang ke Jawa untuk belajar. Timbulah keharuan di hati Bapak H. Amrullah Naga Lubis ketika melihat calon santri yang baru lulus sekolah dasar harus berpisah sedemikian jauh dari orang tua dan keluarga mereka.
Rasa haru semakin bertambah melihat kenyataan bahwa sebagian anak-anak tersebut tidak dapat diterima di Pondok Modern Gontor dan terpaksa pindah kepesantren-pesantren lain yang berada disekitarnya. Semangat ini lah yang memantapkan tekad beliau untuk segera mendirikan lembaga pendidikan islam di Semuatra. Pada sisi lain, beliau menyadari dorongan suara hati yang memberkan inspirasi untuk memilih Desa Lau Bakeri, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang sebagai pertapakan pesantren yang akan dirintisnya. Desa Lau Bakeri sangat jauh dari perhitungan yang benar untuk mendirikan sebuah lembaga pendidikan karena tergolong sangat terpencil dan jauh dari jangkauan masyakat kota juga di kelilingi oleh mayoritas masyarakat non-muslim.
Pada awalnya sempat timbul keraguan dalam diri beliau ditambah lagi dengan keterbatasan kemampuan yang dimiliki. Namun dengan keyakinan yang penuh akan adanya pertolongan dari Allah SWT. Maka dengan mengucapkan BISMILLAHIRROHMANIRROHIM pada tanggal 17 agustus 1985 Bapak H. Amrullah Naga Lubis dan keluarga bersama Drs. Ikromi Saputra, alumni alumni Pondok Modern Gontor 1982-1983, meletakan batu pertama pembangunan gedung asrama 17 agustus Pesantren Darul Arafa dengan sangat sederhana.
Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT. Pada tanggal 8 mei 1986 pertepatan 26 Syakban 1406 H dibukalah pendaftaran santri untuk pertama kali di Pesantren Darul Arafah.
Impian tersebut menjadi kenyataan dengan melihat facta bahwa saat ini Pesantren Darul Arafah menjadi salah satu pesantren terbesar disumatra sehingga tidak perlu lagi bagi pelajar Sumatra berhijrah keJawa untuk belajar agama. Peningkatan yang dicapai oleh Darul Arafah tidak terlepas dari dorongan Pesantren Modern Gontor yang besedia munyuplai alumninya untuk mengajar di Pesantren Darul Arafah, hingga akhirnya seiring dengan waktu berlalu Pesantren Darul Arafah mampu menciptakan alumni yang berkualitas dan mampu memberikan dedikasi tinggi bagi masyakat umum, dan dengan demikian Pesantren Darul Arafah dapat melahirkan pengajar sendiri bahkan juga mampu menyuplai tenaga pengajar untuk di kirim kepesantren lain di tanah sumatra kuhusnya.
0 comments:
Post a Comment