!-- Featured Slide 1 Code Start -->

20110528

Free download MP3 Quran

Posted by Unknown On 07:47


Salah satu lantunan Al-Quran terbaik yang cukup populer didownload oleh ummat muslim di seluruh dunia, salah satunya adalah bacaan dari Imam Masjidil Haram, Abdurrahman As-Sudais. Beliau adalah salah satu dari beberapa imam yang ditugaskan khusus untuk memimpin ibadah shalat di masjidil haram.
Biografi Abdurrahman As-Sudais, Al-Imam
Abdurrahman bin Abdul Aziz as-Sudais, lahir di Riyadh, Saudi Arabia, pada tahun 1960 M. Beliau adalah imam Masjidil Haram, Makkah, Saudi Arabia.
Beliau datang dari kabilah Anza. Beliau telah mampu menghafal Al-Qur’an pada umur 12, sebuah usia yang cukup muda. SubhaanAllah. Beliau tumbuh di Najid, lalu menyelesaikan sekolah dasar di Al MUthana bin Harits. Setelah itu, beliau melanjutkan ke Riyadh Scientific Institution, dan lulus pada tahun 1979 dengan predikat Excellent.
Beliau mendapatkan gelar kesarjanaan di bidang Syariah dari Universitas Riyadh pada tahun 1983. Beliau mendapatkan gelar Master dalam bidang Ushuluddin dari fakultas Syari’ah di Universitas Islam Imam Muhammad bin Sa’ud pada tahun 1987, dan mendapatkan gelar Ph.D dalam jurusan Syariah Islam dari Universitas Ummul Qura pada tahun 1995, saat bekerja di sana sebagai seorang asisten professor setelah sebelumnya bekerja di Universitas Riyadh.
< !-more->
Download MP3 Quran Murattal Oleh Imam As-Sudais
No.Surah Name
Download MP3 Quran
Abdurrahman As-Sudais
1Al-FatihahDownload
2Al-BaqarahDownload
3Al-ImranDownload
4An-Nisa’Download
5Al-Ma’idahDownload
6Al-An’amDownload
7Al-A’rafDownload
8Al-AnfalDownload
9At-TaubahDownload
10YunusDownload
11HoodDownload
12YusufDownload
13Ar-Ra’dDownload
14IbrahimDownload
15Al-HijrDownload
16An-NahlDownload
17Al-IsraDownload
18Al-KahfDownload
19MaryamDownload
20Ta­HaDownload
21Al-Anbiya’Download
22Al-HajjDownload
23Al-Mu’minunDownload
24An-NurDownload
25Al-FurqanDownload
26Ash-Shu’ara’Download
27An-NamlDownload
28Al-QasasDownload
29Al-’AnkabutDownload
30Ar­RoomDownload
31LuqmanDownload
32As­SajdahDownload
33Al­AhzabDownload
34Saba’Download
35FatirDownload
36Ya­SinDownload
37As-SaffatDownload
38SadDownload
39Az-ZumarDownload
40GhafirDownload
41FussilatDownload
42Ash-ShuraDownload
43Az-ZukhrufDownload
44Ad-DukhanDownload
45Al-JathiyaDownload
46Al-AhqafDownload
47MuhammadDownload
48Al-FathDownload
49Al-HujuratDownload
50QafDownload
51Az-ZariyatDownload
52At-TurDownload
53An-NajmDownload
54Al-QamarDownload
55Ar-RahmanDownload
56Al-Waqi’ahDownload
57Al-HadidDownload
58Al-MujadilahDownload
59Al-HashrDownload
60Al-MumtahinahDownload
61As-SaffDownload
62Al-Jumu’ahDownload
63Al-MunafiqunDownload
64At-TaghabunDownload
65At-TalaqDownload
66At-TahrimDownload
67Al-MulkDownload
68Al-QalamDownload
69Al-HaqqahDownload
70Al-Ma’arijDownload
71NoohDownload
72Al-JinnDownload
73Al-MuzzammilDownload
74Al-MuddaththirDownload
75Al-QiyamahDownload
76Al-InsanDownload
77Al-MursalatDownload
78An-Naba’Download
79An-Nazi’atDownload
80‘AbasaDownload
81At-TakwirDownload
82Al-InfitarDownload
83Al-MutaffifinDownload
84Al-InshiqaqDownload
85Al-BurujDownload
86At-TariqDownload
87Al-A’laDownload
88Al-GhashiyahDownload
89Al-FajrDownload
90Al-BaladDownload
91Ash-ShamsDownload
92Al-LailDownload
93Ad-DuhaDownload
94Ash-SharhDownload
95At-TinDownload
96Al-’AlaqDownload
97Al-QadrDownload
98Al-BaiyinahDownload
99Az-ZalzalahDownload
100Al-’AdiyatDownload
101Al-Qari’ahDownload
102At-TakathurDownload
103Al-’AsrDownload
104Al-HumazahDownload
105Al-FilDownload
106QuraishDownload
107Al-Ma’unDownload
108Al-KautharDownload
109Al-KafirunDownload
110An-NasrDownload
111Al-MasadDownload
112Al-IkhlasDownload
113Al-FalaqDownload
114An-NasDownload

20110516

MISTERI 08...

Posted by Unknown On 10:41


Mentari mulai muncul, memancarkan sinar cerahnya dari ufuk timur, memberikan kehidupan baru di muka bumi. Hujan yang turun pada malam itu tampak masih menggenangi lubang-lubang yang ada di jalan. Daun-daun pepohonanpun masih dihiasi oleh butiran-butiran air. Kicauan riang dari burung-burungpun mulai terdangar saling bersahutan satu dengan lainnya. Aku sangat takjub menikmati pemandangan yang dibrikan sang khaliq. Tapi aku tidak menyangka bahwa pagi itu kan menjadi awal dari hari yang aneh bagiku, yamg tetap harus kujalani.
Aku adalah seorang santri pondok pesantren yang sudah terbiasa hidup berasrama. Kehidupanku di pondok tidak terlepas dari belajar, beribadah, serta bergaul dan bermain dengan teman-temanku yang sudah kuanggap seperti saudara. Hari itu adalah hari jum’at, hari libur bagi kami. Hari itu terasa ssangat berbeda bagiku dibandingkan dengan hari-hari lain. Banyak hal aneh yang terjadi pada hari itu. Tak seperti biasa teman-temanku mengucilkanku dalam pergaulan. Kusapa mereka satu persatu, namun tak satupun dari mereka yang membalas sapaanku, bahkan mereka pergi menjauhi diriku dengan terburu-buru seakan-akan kehadiranku menjadi mimpi buruk bagi mereka.Kudatangi teman-temanku yang duduk bercanda riang di pondok bambu kecil depan asrama. Belum sempat kumenyapa dan bergabung dengan mereka, ternyata mereka telah membubarkan diri, menjauhi diriku.
Aku smakin tidak mengerti dengan apa yang terjadi pada hari itu. Aku tak tahu apa yang seharusnya kulakukan. Aku hanya duduk menyendiri di pondok bambu itu. Kuluruskan kedua kakiku, dan kusandarkan tubuhku ketiang pondok. Tanpa kehadiran mereka di sampingku, dunia yang luas ini trasa sangat sempit bagiku. Biasanya aku slalu berkumpul, dan bercanda ria bersama mereka. Namun, sekarang aku hanya menyendiri, tanpa seorangpun memperdulikanku.
Kucubit pipi kiri dengan tangan kananku, aku berharap dapat terbangun dari mimpi buruk ini, tapi percuma saja. Ini bukanlah suatu mimpi. Ini adalah kenyataan yang harus kuhadapi.
Kulemparkan pandanganku kearah langit biru yang terbentang luas diangkasa. Iri hatiku melihat burung-burung terbang bersama-sama dibawah naungan awan, berkicau riang, bersahut-sahutan satu dengan lainnya. “Ya Allah! Apa salahku! Aku ingin smua ini kembali sperti biasa” doaku dalam hati.
Kuarahkan pandanganku ke lapangan hijau depan sekolah. Kulihat teman-temanku berolahraga bersam dengan wajah yang berseri-seri. Dengan wajah yang terlihat kelelahan, mereka terus berlari mengejar bola, dengan mengenakan seragam yang telah terbasahi oleh keringat. Ingin skali rasanya melangkahkan kakiku untuk berlari mengejar bola bersama eman-temanku. Tapi sudahlah, aku tak ingin berharap lebih banyak lagi. Karena mereka tetap akan menghirukanku.
Kulangkahkan kakiku, berjalan menuju kamarku yang bercatkan biru, yang berada disudut asrama. Kuambil tilam merah kepunyaanku, lalu kubentangkan tepat didepan lemariku. Dengan segera kurebahkan badanku.  Aku tak bisa mempercayai kejadian saat itu. Kesalahan apa sebenarnya yang telah kuperbuat?.
Kulihat pintu kamarku telah tertutup rapat. Aku hanya tinggal menyendiri di kamar itu. Kucoba untuk membuka pintu tersebut, namun aku tak dapat membuikanya. Ternyata seseorang telah menguncinya. Aku meminta teman-temanku untuk membukan pintu kamarku, namun tak satupun dari mereka yang mau memperdulikanku. Bahkan aku hanya sendiri di tenga tawa temen-temen yang melihatku terkunci di dalam kamar sendirian. Aku bagaikan badut didalam pertunjukan sirkus. Aku sama sekali tak berdaya. Aku hany bisa pasrah terduduk kaku disudut kamar meratapi kejadian yang kualami. Aku tidak memikirkan siapa orang yang tega melakukan ini padaku, aku hanya berharap  semua ini cepat berakhir.
“Teng,teng,teng!” lonceng asrama telah berbunyi. Aku tersentak dari tidurku. Kulihat keadaan sekelilingku. Pintu kamar terbuka lebar, aku masih berada diatas tilam merahku, kulihat tubuhku basah akan keringat. Alhamdulillah! Ternyata ini hanya sebuah mimpi buruk. Mungkin ini karena aku terlalu banyak memikirkan kejadian yang kualami ini, sehingga terbawa ke dalam tidur. Aku bangkit dari tilamku, kuraih jam tangan pemberian kakekku, kulihat jarum jam telah menunjukkan pukul setengah dua belas. Aku langsung bangkit, bergegas untuk mandi dan segera pergi ke mesjid.
Sunyi terasa langkah-langkahku. Tak seperti biasanya, kali ini aku hanya berjalan seorang diri menuju masjid yang letaknya tak jauh dari asramaku. Terik panas matahari terasa sangat memberatkan setiap langkah kakiku. Tapi aku tak menghiraukannya, aku terus berjalan.
Sesampainya di masjid, langsung kubentangkan sajadah abu-abuku, lalu ku melaksanakan shalat sunnah dua rakaat. Tak lupa pula aku berdoa agar semua yang terjadi ini cepat berakhir. Kemudian kuambil alquran merah yang berada di jendela masjid. Kubaca beberapa surat, sembari menunggu dikumandangkannya azan jum’at.
“Allahu akbar, Allahu akbar!”. Azan jum’at telah dikumandangkan. Kututup Alquran dengan bacaan shadaqallahul’azim, tak terasa tiga lembar Alqur’an telah selesai kubaca.
Khutbah jum’atpun dimulai, ternyata ust. Ahmad lah yang menjadi khatib. Beliau adalah Ust senior di pondok kami. Beliau sangat pandai dalam merangkai kata-kata sehingga kami paham terhadap apa yang ia sampaikan.
“Tidak ada manusia yang dapat hidup seorang diri di dunia ini. Kita pasti membutuhkan orang lain dalam berinteraksi untuk dapat memenuhhi kehidupan kita. Maka di dalam pergaulan pun kita akan sering menjumpai yang namanya kesalah pahaman, yang akhirnya menimbulkan perpecahan dan perpisahan. Itulah warna-warni kehidupan. Persoalan tersebut sebenarnya merupakan ujian dari Allah bagi hamba-hambanya. Dimana kita akan dinilai bagaimana sikap dan cara kita menyelesaikan permasalahan tersebut, apakah dengan mengeluh atau bersabar serta tawakkal kepad Allah. Tapi yang jelas setiap ujian yang diberikan Allah pasti ada hikmahnya!...” kata ust. Ahmad mengawali khutbahnya.
Aku tertegun mendengarkan khutbah tersebut. Memang bemnar yang dikatakan oleh ust Ahmad. Aku harus tetap bersabar dan tawakkal dalam menjalani warna-warni kehidupan. Aku akan tetap bersemangat. Aku yakin semua ini pasti ada hikmahnya.
Siang itu matahari bersinar dengan terangnya menerikkan bumi.dari kejauhan aku melihat thaklib, sahabat karibku. Ia sedang melamun di teras asrama. Aku mendatanginya dengan harapan ia tak mengacuhkanku.
“Lib, kamu kenapa? Kok melamun aja?”. Tanyaku pelan kepadanya. “Loh, siapa kamu!”. Jawabnya singkat. Oh ia, aku baru ingat aku harus mengerjakan tugas makalahku sekarang!”. Lanjutnya sambil beranjak dari tempat duduknya dan perhi menjauh meninggalkanku.
Kuperhatikan langkah kakinya menjauhi diriku. Ternyata iapun mengacuhkan kehadiran diriku. Padahal Thalib adalah sahabat yang paling akrab denganku. Kami slalu bersama. Kami sudah seperti saudara kandung. Ketika aku ada masalah dia selalu membantuku, begitu pula jika ia ada masalah aku slalu membantunya. Kami selalu menjaga perasaan satu sama lain. Tak pernah ia menyakiti hatiku, begitu pula aku selalu menjaga hatinya. Namun, sekarang telah berbeda. Kini, ia bukanlah Thalib yang seperti dulu, yang selalu ada disaat aku butuh dia. sekarang ia telah berubah, ia lagi menjadi sahabatku, ia bahkan menjauhi diriku.
Kini aku hanya seorang diri, tanpa ada seorang temanpun yang mau menemaniku. Aku tak tahu kepada siapa aku harus bertanya, kepada siapa aku harus mengadu. Aku hanya dapat berharap agar Allah memberikan yang terbaik bagi diriku.
Sangat membosankan bagiku untuk menjalani waktukutanpa seorang sahabatpun yang menemaniku. Jarum jam terasa berputar sangat lambat. Selesai shalat ashar, tak lupa kuberdoakepada Allah, aku berharap agar hidayah turun dari langit. Aku tidak tahan lagi menjalani kehidupan seperti ini. Aku tidak tahan untuk hidup menyndiri lebih lama lagi.
Sore itu angin berhembus dengan sepoi, udara terasa sangat bersahabat. Aku berharap merekapun mau bersahabat kembali denganku. Kucoba mendekati mereka yang sedang bermain catur, namun mereka segera membubarkan diri. Kudatangi temanku yang sedang bermain itar, namun iapun langsung berhenti dan beranjak pergi meninggalkanku. Ternyata mereka tetap tidak mau bersahabat denganku.
Sesekali angin berhembus menggoyangkan ranting pepohonan. Burung-burung terbang kembali ke sangkarnya. Mentari sorepun lebih memilih untuk menyembunyikan diri. Langit biru cerah telah berubah menjadi gelap kemerahan diufuk timur. Jiwaku masih sunyi didalam kehampaan, tak tahu apa sebenarnya yang sedang terjadi. Waktu yang terus bergulir hanya kuisi dengan doa dan harapan agar kesepian ini segera berakhir. Aku masih duduk termenung mencoba menjawab apa sebenarnya jawaban di balik teka-teki dari kehidupanku ini.
Waktu terus berlalu. Detik yang terus berganti dengan menit sangat berat kujalani. Mentari telah berganti dengan rembulan. Kuputuskan untuk duduk menyendiri di pondok itu. Menikmati panorama indah pada malam itu. Suara-suara ringkikan jangkrik mulai terdengar memecahkan keheningan malam hari. Kuperhatikan disekelilingku, aku hanya melihat kegelapan malam. “Akankah hatiku menjadi gelap seperti gelapnya malam ini?”. Benakku dalam hati.
Angin yang berhembus pada malam itu terasa sangat menusuk paru-paruku. Namun kucuba untuk bertahan dari dinginnya udara malam hari itu. Kuambil secarik kertas dan sebuah pena dari dalam tas coklat yang kudapat ketika mengikuti KMD. Aku berusaha menghibur diriku dengan mencoba merangkai kata-kata menjadi kalimat yang indah. Namun aku tak mampu. Pikiranku masih buntu oleh kesunyian malam.  Kucoba tuk mencurahkan seluruh pikiranku diatas secarik kertas tersebut. Tapi percuma, karena kesepian telah menghantui pikiranku. Aku menjadi smakin tidak mengerti, misteri apa yang sebenarnya menghampiri kisahku ini.
Kuletakkan penaku, kurebahkan badanku. Kupandangi langit gelap nan luas diangkasa. Pandanganku tertuju pada bintang terang yang menghiasi sang malam. Bintang itu bersinar terang, ia tak terpengaruhi oleh kegelapan langit disekelilingnya.”Aku harus menjadi bintang terang diangkasa!”. Tekadku dalam hati.
“Samani! Sini kau!” teriak Jahal mengganggu lamunanku. Aku tidak tahu apa yang terjadi. Tapi aku mempunyai firasat buruk pada saat itu.”mengapa Jahal berteriak memanggilku? Bukankah mereka semua ? tapi sudahlah lebih baik aku menemuinya saja.” Benakku dalam hati.
Ternyata benar firasatku, belum sempat aku berbicara, ia langsung meraih leher bajuku dan menggenggamnya dengan erat. “apa yang kau lakukan ini? Apa salahku? Tanyaku membela diri. Aku berusahauntuk melepaskan genggaman tangannya, tapi aku tak berdaya. Jahal memeng santri yang bertubuh besar dan bertenaga kuat. Sedangkan aku bertubuh kecil. Aku tak tahu apa yang harus kulakukan. “lima tugizhuni?(kenapa kau buat panas terusz)”. Katanya dengan nada sangat tinggi. Sementara teman-temanku yang lain yang melihat kejadian itu langsung datang berkumpul mengelilingi kami berdua. Namun yang kuherankan tak seorangpun dari mereka yang maju untuk menolongku. Seolah-olah mereka memang sangat membenciku.
Ia lalu mendorongku hingga aku jatuh dan terjerembab ke lantai. Aku sangat tak berdaya menghadapinya.  Aku tak tahu apa yang aku rasakan pada saat itu. Aku sungguh tak mengerti mengapa ia tega melakukan hal ini padaku, padahal aku tak mempunyai salah kepadanya. Mengapa tak seorangpun yang mau menolongku? Kesalahan apa yang sebenarnya telah kuperbuat kepada mereka sehingga mereka tega berbuat seperti ini.
Jantungku berdegup kancang,nafasku berhembus cepat. Dalam setiap hembusan nafasku, aku hanya berdoa kepada Allah agar bisa menghindari perkelahian ini, dan semua ini cepat berakhir.
Aku berusaha bangkit untuk berdiri. “tas, tas, tas!”. Suatu benda dilempar mengenai kepalaku, stelah kusadari itu adalah telur-telur yang telah mengotori kepalaku. Dilanjutkan dengan lemparan tepung, bubuk kopi, lumpur, dan lainnya. Dalam waktu singkat sekujur tubuhku telah berubah menjadi sangat kotor dengan aroma yang sangat bau. “Happy birthday to you!....” nyanyi mereka dengan riang.
“Selamat ulang tahun akhi! Smoga panjang umur ya! Tadi maafin aku ya! Kamu tidak apa-apakan! Ini, terimalah kado dari kami semua!”. Kata Thalib sambil memberikanku sebuah bingkisan terbalut rapi oleh kertas kado berwarna hijau muda dengan pita merah menghiasinya. Di bingkisan tersebut tertulis “Happy Milad yang ke 17! Sahabat… Persahabatan kita akan abadi untuk selamanya…”
“Sahabat…, terima kasih ya atas kejutan yang telah kalian berikan kepadaku! Ini adalah kado ulang tahun yang sangat spesial bagiku, dan aku tak akan pernah melupakannya!. Awalnya aku mengira kalian benar-benar mengucilkanku, tapi ternyata sebaliknya lebih dari itu. Kalian mengingat hari miladku, padahal aku sendiri tidak mengingatnya”.jawabku
“Sahabat…! Satu hari ini aku sangat tersiksa dalam kesunyianku. Kesendirian slalu menghantui setiap langkahkakiku, bahkan sampai merasuki mimpi dalam tidurku. Tapi ternyata Allah memberikanku sahabat yang sangat menyayangiku. Aku mendapatkan banyak pelajaran ari ini, ini adalah kado yang sangat spesial bagiku. Karena itu aku berharap kita akan slalu bersama sahabatku!” kataku. Tak terasa air mata tetesan air mata jatuh membasahi pipiku.
“Kami juga berhara demikian sobat! Tapi memangnya kamu mimpi apa?” tanya Jahal penasaran. Akupun menceritakan mimpi yang kualami pada mereka, yang kemudian disambut tawa riang kami semua.
Itu adalah malam yang sangat spesial bagiku. Aku sangat bersukur mempunyai banyak sahabat seperti mereka. Aku berharap persahabatan itu bisa terus berlanjut, walaupun kami telah keluar dari pondok ini nantinya. Rasa haru, senang, dan bahagia bercampur padu dalam hatiku. Aku sangat bahagia pada malam itu.
Sekarang aku mengerti. Ya… ini adalah tanggal 08 april, hari ulang tahunku. Aku memang tidak menyadarinya, karena kalender yang kami gunakan di pondok ini adalah kalender islami. Yang kutahu ini adalah tanggal 08 rajab. Kini usiaku bertambah menjadi 17 tahun. Ternyata memang benar yang dikatakan orang, kita akan merasakan bahagia di umr 17 tahun. Ya.. Sweet Seventeen. Akhirnya misteri hari ini berakhir juga. Hmm, 08 april, ya.. misteri 08 rajab. Ternyata semua itu hanyalah tamsil belaka. Aku sangat bahagia dengan apa yang telah kuperbuat pada hari ini.
Tak sabar kumenunggu mentari muncul menampakkan senyuman esok hari. Aku akan mulai membuka lembaran baru, menggoreskan hal indah dalam kisahku selanjutnya.
Kupandangi bintang terang diangkasa, yang senantiasa menghiasi indahnya sang malam. Memberi cahaya pandar di kegelapan langit. “Aku harus menjadi cahaya yang akan menyinari sekitarku. Ya, aku akan menjadi cahaya yang akan selalu bersinar terang. Dengan sinar itu aku akan membuat sahabt-sahabtku bersinar terang. Ya… sama seperti aku. Dan kami akan saling menyinari dengan cahaya yang kami miliki. Kami akan menyinari dunia. Menjadi sebuah cahaya, Light!” Tanamku dalam hati.

20110515

Darularafah Tempoe Doeloe...

Posted by Unknown On 07:49

Darul Arafah yang ku Kenal.

Pendiri Pesantren Darul Arafah
Di sebelah ini terdapat foto pendiri Pesantren Darul Arafah, yaitu Bapak H.Amrullah Naga Lubis dan di dampingi oleh direktur masa itu, yakni Ust Hamdani Khalifah. Tidak ada yang istimewa dari keduanya kecuali mereka adalah orang-orang yang memiliki andil besar dalam menciptakan generasi mulia, mereka tidak lelah mencurahkan tenaga  untuk pembangunan generasi, agar berdedikasi tinggi dan terampil di masyarakat. Pada tahun 1986 saat didirikannya pesantren , masyarakat ramai menitipkan anaknya pada lembaga ini, karena berharap akan terwujudnya generasi mulia yang dicetak melalui lembaga pendidikan ini, tidak terkecuali orang tua mu. Foto mereka berdua tampak lebih muda dari sekarang, so pastilah karena sekarang mereka berdua sudah tua. Kadang terasa rindu untuk bersama mereka lagi dan duduk bercengkerama membahas ilmu pengetahuan yang up to date sekarang, tapi jarak yang terasa jauh sehingga sulit untuk di wujudkan. Gambar ini diambil pada saat sebuah acara yang diadakan di aula atau kalau gak salah bahasa arabnya Qoo ‘ah. Mungkin aulanya sudah tidak ada lagi dan sudah berubah menjadi bangunan lain. Tapi kami masih ingat , ini adalah gedung yang terletak disamping asrama 17 Agustus. Ya tepat……
Kunjungan Tamu dari Arab Saudi ke Darul Arafah tahun 1987
Darul Arafah saat itu sedang membuka jaringan persahabatan kepada dunia-dunia luar, salah satunya Arab Saudi. Kami yang masih kecil ketika itu disuruh kumpul untuk menyambut tamu dengan berbaris menghormatinya. Acara di adakan di aula yang saat itu masih mampu menampung santri sebanyak dua ratus orang. Sangat mengagumkan sekali ketika tamu tersebut berbicara bahasa arab dan disambut dengan riuh gembira para santri. Tapi maklum bagiku, saat itu banyak dari kami yang belum mampu memahami bahasa arab, karena baru beberapa bulan tinggal disitu. Acara di hadiri oleh pendiri, bapak naga lubis, bapak hasballah taib, dan guru-guru pertama yang telah duluan mengajar di Darul arafah.
Kami para santri duduk dengan tertib didahului dengan duduk yang paling depan para santri generasi pertama, wajahnya tampak berseri, al asyari, naziruddin dan lainnya. Senang sekali rasanya ketika itu bisa berkumpul di aula dalam rangka menyambut kedatangan tamu dari LN.
Kalau anda bukan generasi pertama, inilah gambar sebagai bukti bahwa Darul Arafah berkembang dan terbang menuju cakrawala nan luas menghadapi tantangan jaman untuk mencetak generasi unggul di masa depan.


Kunjungan Tamu dari Arab Saudi ke Darul Arafah.

 
Guru-guru Darul Arafah Berfoto Bersama Tim Pramuka di Depan Al Hijrah
guru-guru Darul Arafah periode kesatu dan kedua
Berbicara tentang mereka, banyak hal yang menarik untuk dibicarakan, dari segi keberanian sampai keikhlasan yang melatar belakangi kehadiran mereka di sini.  Umumnya mereka berasal dari pulau jawa, setelah menamatkan study di pesantren Darussalam Gontor, mereka dikirim untuk mengembangkan islam ke berbagai ma’had di nusantara, salah satunya Darul Arafah. Memang  waktu itu Darul Arafah masih sangat gersang dan sedikit bangunan, apalagi masyarakat sekitar yang masih beragama nasrani, itulah yang menjadi azzam kuat bagi mereka untuk mengabdikan ilmunya disini.
Kami yang masih kecil saat itu dan melihat keadaan yang demikian, banyak yang gak kerasan dan minta pulang, yarji’ alad dawam katanya, tapi berbekal dorongan orang tua dan masa depan yang ingin di capai, tidak sedikit yang berhasil menorehkan tinta wisuda pada saat kelas enam. Memang itu semua butuh perjuangan dan azzam yang kuat untuk merealisasikannya. Di bawah asuhan guru-guru periode kedua darul arafah, kami hidup, tumbuh dan berkembang menjadi dewasa yang siap berkiprah di masyarakat membangun negara.
Gambar diatas diambil saat pelaksaanaan Pramuka dan kunjungan dari Pihak pengelola Gugus depan, dari  gambar tersebut masih teringat wajah-wajah polos mereka yang siap memajukan darul arafah dengan segenap tenaga, dan memberikan ilmu kepada semua santri. Kami masih ingat nama-nama mereka (kalau gak salah ya). mereka yang sdg jongkok dari kanan ke kiri, ust ali sahbana (hehe masih muda kan), ust insan muhtadawan, ust ishom suryana, ust masrukhin aminuddin, ust naga sakti lubis, ust khairuddin harahap, ust hasan hidayat, ust samsul qomar, ust khobir asari, alex (kayaknya dia bukan ust, dia dari wil timur irian jaya), ust sholeh fikri.
Adapun yang berdiri mereka adalah, kita sebut dari kiri ke kanan ya, ust amroini derajat, disebelah ust amroini kayaknya utusan dari gudep pramuka (kalau gak salah), ust hamdani khalifah (keren  kan waktu masih muda), beberapa org utusan gudep, lalu Prof DR Hasballah Thaib (orang aceh), beberapa ibu-ibu dari gudep, ust saifuddin, dan terakhir ust Ikromy saputra (tampak masih muda dan ganteng). Itulah mereka yang telah berkecimpung duluan berada di Darul Arafah untuk mengabdikan ilmu, ayo kawan terus maju- ayo  maju-maju….
Thanks very much for you my great teacher, may Allah Bless you in your live now and tomorrow till the end of the world. Terima kasih juga buat teman-teman alumni kedua, Ali tinendung, Has Khairul, Hengki juli, Said Alwi, Ihsan Nur dll, kapan kita bisa ketemu lagi ya…

20110514

Cahaya Arafah

Posted by Unknown On 22:53


Indahnya pagi meneteskan embun
Kesejukan udara di sunyi sepi
Membangunkan…
Satu rencana santri mandiri
Ketaatan ibadah pada Ilahi
Usaha yang kita jalani slama ini
Terus berlari
Maju tuk mengejar mimpi
 

Reef :Akulah setitik cahaya
Ditengah keramaian manusia
Akulah bintang terang diangkasa
Trus berdiri tuk menyinari dunia




Kemandirian ditanam dalam jiwa
Sopan santun slalu tetap terjaga
Dengan ‘isruuna
Arafah menyapa dunia
       Back to reef.

Reef : Akulah pelangi yang penuh warna
Mewarnai hari-hari manusia
Akulah bintang terang diangkasa
Menjunjung tinggi agama
Dengan ‘isruna arafah menyapa dunia…

untuk melihat video klik di sini

The Winners and The Losers

Posted by Unknown On 03:34

1. Winners make thing happen, losers merely wait for it happen.
2. Winners are positive, losers are negative.
3. Winners are achiever, losers sustainers.
4. Winners selve problems, losers dissalved by problem.
5. Winners work smartly hard, losers blindly hard.
6. Winners consider problem as a stepping stone, losers as stumbling block.
7. W: what can I do for them?
£osers: what can they do för me?.

Oh Pondokku

Posted by Unknown On 03:31

DARULARAFAH RAYA ISLAMIC BOARDING SCHOOL
 



















Oh pondokku
Tempat naung kita
Dari kecil
Sehingga dewasa
 Rasa batin damai dan sentosa
Dilindungi Allah Ta’ala
Oh pondokku engkau berjasa
Pada ibuku Indonesia


Reff:
Tiap pagi dan petang
kita beramai sembahyang
mengabdi pada Allah ta’ala
Di dalam kalbu kita
Wahai pondok tempatku
Laksana ibu kandungku
Yang kasih serta sayang padaku
Oh pondokku………….

i……..bu……ku……...

untuk melihat video klik di sini

Sahabat

Posted by Unknown On 03:28





Terang bulan...
Tebar bintang...
Di luas langitMu...
Betapa indahnya...
Saat kita bersama...


 

Air mata...
Kini jatuh...
Saat kita berpisah...
Persahabatan...
Yang tak bisa dilupakan...



 
 
*Canda tawamu...
Saat kita bersama...
Air matamu...
Saat kita berduka...
Kasih sayangmu...
Yang tak terlupakan...



 
Reef:Dengarlah wahai...
Sahabat karibku....
Perjuanganmu...
Takkan henti sampai disini...
Enam tahunmu...
Saat kita bersama...(Di arafah...)
Dan kuyakin...
Kita kan kembali...

Back to *, reef




untuk melihat video
klik di sini untuk volksong version
klik di sini untuk solo version
klik di sini untuk band version